Analisis Suatu Barang Yang Telah Punah
Sejarah
Pada tahun 1905, telepon umum koin ciptaan Bell dipasang pertama kali secara outdoor pada Jalan Cincinnati. Telepon umum itu tidak begitu menarik perhatian masyarakat karena pemakaian telepon secara pribadi kurang bisa dilakukan di tempat publik.
Maka dari itu, pada tahun 1950-an, Bell mendesain kotak telepon (kamar untuk menelepon) dari kaca dan alumunium yang cukup memuat satu orang di dalamnya. Hal ini merupakan kemajuan pesat setelah bertahun-tahun lamanya kayu digunakan untuk membuat kotak telepon.
Pada tahun 1910, Western Electic dan Gray Telephone Pay Station Co. menandatangani kesepakatan untuk Gray agar membuat coin collector (pengumpul koin adalah tempat memasukkan koin pada telepon umum) pada ciptaan Bell menggunakan hak paten yang dimiliki oleh Gray dan Western Electric.
Hasil dari perjanjian tersebut adalah diproduksinya pengumpul koin tipe 50A pada tahun 1911. Pada akhir tahun 1912, 25.000 telepon umum koin dengan pengumpul koin tipe 50A dipesan untuk kota New York saja. Tipe 50A ini memiliki 3 lubang untuk berbagai macam koin dan terus menggapai kesuksesan hingga tahun 1954, hingga pada tahun berikutnya, diperkenalkan tipe baru yang hanya memiliki satu lubang saja yang memiliki fungsi sama dengan ketiga lubang sebelumnya.
Indonesia pertama kali mulai menggunakan telepon umum jenis koin untuk berkomunikasi jarak jauh. Itu diperkenalkan pada 1981. Sedangkan, sekira 7 tahun setelahnya, teknologi telepon umum berbasis kartu baru mulai diperkenalkan sekira pada 1988. Ketika itu, telepon umum dapat dipergunakan untuk melakukan panggilan SLJJ (Sambungan Luar Jarak Jauh) maupun SLI (Sambungan Luar Negeri).
Disamping telepon umum berbasis kartu dan koin, masyarakat Indonesia juga mengenal telepon umum bernama Wartel (Warung Telefon) menggunakan teknologi kabel fix dan pesawat telefon yang masih bisa ditemui hingga kini. Para pemiliki Wartel, ketika itu telah tergabung ke dalam sebuah asosiasi yang dinamakan dengan Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) yang berdiri sejak tanggal 8 Januari 1992.
Jenis
- Telepon umum koin
Telepon umum koin adalah jenis telepon umum yang menggunakan koin atau uang koin sebagai alat pembayarannya. Lazimnya, pecahan koin yang digunakan adalah pecahan 200, 500, dan 1000 rupiah. Lama pembicaran yang tersedia bagi pengguna tergantung pda nominal koin yang dimasukkan. Jika pembicaraan berakhir sebelum tarif mencapai nominal koin dimasukan, maka telepon umum secara otomatis akan mengeluarkan koin sejumlah sisa kembaliannya. Selama percakapan berlangsung layar di telepon umum akan menampilkan durasi pembicaraan dan nominal rupiah yang telah di keluarkan. Pada umumnya layar akan berkedip-kedip menunjukkan angka 0000 ketika pembicaraan akan segera berakhir dan pengguna harus memasukkan kembali koin untuk bisa meneruskan pembicaraan.
- Telepon umum kartu
Telepon umum kartu ini pada dasarnya merupakan fasilitas yang sama seperti telepon umum koin. Yang membedakannya adalah media pembayarannya yang berupa kartu (kartu khusus telepon atau kartu serbaguna). Di dalam kartu tersebut telah diberi sejumlah nilai yang kita gunakan untuk menelpon dan kita dapat membelinya di gerai yang melayani pembelian kartu telepon. Telepon umum kartu, di Indonesia khususnya tidak telalu diminati oleh sebagian besar kalangan masyarakat karena masyarakat Indonesia lebih suka menyimpan koin daripada kartu.
Akhir Kejayaan Telepon Umum
Pada 1995, PT Telkomsel yang bergerak di bidang seluler mencanangkan sebuah teknologi baru Plan Net untuk menunjang telepon seluler GSM (Global System for Mobile) Communication di kawasan Jabodetabek. Teknologi ini mampu menganalisa dengan akurat penggunaan BTS (Radio Base Station) atau stasiun radio pemancar GSM, untuk memungkinkan menghantarkan kualitas suara telepon yang lebih baik. Diawali dari sana, teknologi telepon seluler mulai berkembang pesat di Indonesia.
Pada 1998, PT Excelcomindo, sekarang (XL) salah satu operato GSM merilis penggunaan kartu SIM (Subscriber Identification Module). Kartu SIM tersebut dapat digunakan secara prabayar yang dapat digunakan untuk menelefon denga jangkauan 27 Propinsi, 1.400 Kecamatan dan 330 Kota. Sementara pada 2001, cikal bakal komunikasi berbasis multimedia dimulai. Ditandai dengan kehadiran IM3 (Indosat Multi Media Mobile), yang merupakan bagian dari Indosat. IM3 merilis beberapa produk kartu SIM (IM3 & Matrix), yang memiliki fitur untuk mendukung komunikasi via telefon seluler dengan sejumlah fitur seperti transfer pulsa serta fasilitas GPRS, MMS, Conference Call dan Call Divert. Telkom sebagai penyedia layanan telefon umum/koin ini tidak memungkiri bahwa besarnya penetrasi penggunaan ponsel pintar di Indonesia, yang sudah mencapai angka 100 persen, menyulitkan Telkom untuk bisa bersaing dan mempertahankan telefon umum.
Kekurangan dan Kelebihan Telepon Umum
- Kelebihan
Mudah ditemukan dimana saja. Berdasarkan fungsinya sebagai fasilitas umum, telepon umum dapat dengan mudah kita temui di tempat-tempat keramaian selayaknya fasilitas umum lainnya.Selain itu, telepon umum juga membantu masyarakat yang tidak mempunyai telepon pribadi karena tidak semua orang di Indonesia memiliki jaringan telepon rumah pribadi. Telepon umum membantu orang-orang tersebut untuk tetap dapat berkomunikasi dengan menggunakan telepon umum ditambah biaya yang dikeluarkan untuk melepon relatif lebih murah karena pecahan koin yang digunakan adalah pecahan-pecahan kecil.
Telepon umum juga enjadi tambahan pendapatan bagi perusahaan telepon untuk menjangkau pengguna telepon yang tidak dapat memasang jalur telepon rumah pribadi, perusahan telepon dapat menggunakan telepon umum ini untuk mendapatkan tambahan keuntungan
- Kekurangan
Tidak bisa dibawa bawa dengan artian adanya telepon seluler yang dapat dibawa ke mana pun, telepon umum menjadi sarana komunikasi yang kurang menarik karena ia tidak dapat dibawa dengan mudah. Selain itu, telepon umum juga rentan dari pengrusakan dan rawan terhadap pengrusakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pengrusakan itu bisa saja dilakukan oleh oran-orang yang iseng ataupun orang-orang yang memang ingin mencuri dari telepon umum, khusunya telepon umum koin.
Permasalahan ketidak efisienan dalam penggunaan telepon umum karena tempat telepon umum yang hanya ada di tempat-tempat keramaian, untuk menggunakan telepon umum pun kita harus menyediakan media pembayaran yang sesuai dengan telepon umum yang digunakan sehingga tidak sepraktis penggunaan telepon rumah atau pun telepon seluler. Terlebih telepon umum hanya bisa di pakai untuk saluran lokal sehingga untuk melakukan panggilan interlokal kita masih harus menggunakan sarana telepon lainnya.
***
Dikutip : Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar